BeritaNasional

Komisi IX Apresiasi Unair soal ‘Obat COVID’: Bukti Perguruan Tinggi Kontributif

Obat COVID-19 buatan Universitas Airlangga (Unair) sedang dalam tahap persiapan produksi. Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PAN, Saleh Partaonan Daulay, mengapresiasi keberhasilan Unair dalam meracik obat tersebut.

“Diharapkan, keberhasilan ini dapat berkontribusi dalam memulihkan masyarakat yang terpapar virus COVID-19. Ini adalah salah satu bukti di mana perguruan tinggi sangat kontributif dalam menjawab persoalan yang terjadi di tengah masyarakat,” ujar Saleh kepada detikcom, Minggu (16/8/2020).

Saleh mengatakan masyarakat harus ‘salam hormat’ kepada Unair terkhusus untuk para penelitinya. Ia berharap penemuan ini dapat mengakhiri kekhawatiran masyarakat akan bahaya COVID-19.

“Kita harus sampaikan salam hormat kepada Unair, khususnya kepada para penelitinya,” imbuh Saleh.

“Saya mendorong agar pemerintah segera memproduksi obat Corona ini. Untuk itu, BPOM diharapkan segera melakukan uji laboratorium sehingga izin produksi dan edarnya bisa dikeluarkan. Jangan ada kendala birokrasi yang menghambat. Sudah sepatutnya semua pihak ambil bagian dalam keberhasilan ini,” kata Saleh.

Saleh mendapatkan kabar bahwa obat yang diracik oleh ilmuwan-ilmuwan Unair ini adalah merupakan obat Corona pertama di dunia. Ia berharap jika obat tersebut sudah diproduksi massal, dapat didistribusikan ke seluruh wilayah di Indonesia maupun ekspor ke luar negeri.

“Setidaknya, ini diharapkan dapat menurunkan angka kematian akibat virus corona,” kata Saleh.

Sebelumnya, ketua tim peneliti obat COVID-19 Universitas Airlangga, dokter Purwanti, mengatakan obat tersebut sudah melalui uji klinis. Adapun beberapa kandungan obat yang melalui proses uji, yakni hidrosiklorokuin hingga dosisiklin.

“Obat tersebut kita lakukan melalui beberapa uji, yaitu mulai dari uji in vitro sampai dilanjutkan ke uji klinis fase ketiga. Di mana, uji in vitro yang kita lakukan, pertama kali adalah docking. Ada beberapa obat yang kita cek, yaitu hidrosiklorokuin, klorokuin, kemudian ada dosisiklin dan lain-lain,” ungkap Purwanti.

Purwanti menjelaskan obat itu merupakan gabungan dari beberapa obat antivirus dan antibiotik. Kemudian, kata dia, obat tersebut dilakukan penelitian lebih lanjut agar dapat mencegah virus berkembang biak di dalam tubuh.

“Jadi, di situ ada obat antivirus dan antibiotik tersebut, yaitu kita teliti untuk efeknya, hambatan, pada virus itu masuk ke dalam sel target dan juga hambatan untuk virus itu replikasi. Dan setelah itu juga hambatan terhadap proses tranpasi di dalam virus tersebut. Jadi diharapkan, jika virus itu masuk, tidak bisa mengalami pembiakan,” paparnya.

 

Sumber: https://news.detik.com/berita/

Related Posts