Berita

Jangan Anggap Remeh Bahaya Narkoba

Kamis, 31 Januari 2013

Zat Terlarang I 18 Ribu Jiwa Melayang Setiap Tahun karena Overdosis

JAKARTA – Narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) telah menjadi ancaman riil yang tidak bisa disepelekan bangsa Indonesia. Fakta menunjukkan, jumlah korban tewas akibat overdosis narkoba mencapai 50 orang per hari atau sekitar 18 ribu orang per tahun. Jumlah itu akan lebih besar jika ditambah dengan korban tewas akibat penyakit turunan narkoba, seperti HIV, serangan jantung, dan hepatitis.

Menurut pengamat sosial dari UIN Syarif Hidayatullah, Saleh Daulay, kondisi tersebut lebih dahsyat dari dampak perang karena korban tewas perang Afganistan rata-rata sekitar 10 ribu jiwa per tahun. "Ya, dampak dari narkoba lebih dahsyat ketimbang perang. Lebih menyedihkan lagi, karena yang menjadi korban adalah generasi usia produktif. Jika narkoba tidak diberantas, suatu generasi bangsa bisa hilang. Ini yang kita takutkan," kata Saleh di Jakarta, Rabu (30/1).

Saleh menambahkan semua pihak sebaiknya tidak menganggap enteng masalah narkoba. Pejabat juga jangan menutup mata dengan kenyataan ditemukannya 50 orang tewas setiap hari akibat overdosis narkoba. "Kenapa pada waktu menemukan lima orang tewas akibat flu burung semua aparat negara tampak ribut dan sibuk? Tetapi, kenapa pejabat tidak peduli dengan kenyataan 50 orang tewas setiap hari akibat overdosis narkoba?" ujar dia.

Saleh kemudian mencontohkan bangsa China yang pernah menjadi korban perang opium (candu). Ketika itu, keadaan China menjadi luluh lantak, lemah, dan rakyatnya banyak yang bodoh. Ini terjadi karena rakyat China dicekoki opium oleh Inggris yang hendak menguasai daratan China.

Selain itu, ketidakpedulian pejabat terhadap pemberantasan narkoba membuat masalah menjadi menumpuk dan menjalar ke bawah. Keadaan ini jngan seperti di Kolombia, ketika gembong narkoba mempengaruhi peran negara. Bahkan, kemampuan, kekejaman, dan kekayaan gembong narkoba Kolombia melebih aparat negara. Akibatnya, fungsi negara kalah oleh gembong narkoba.

"Sillent killer ini berbahaya sebab kebergantungan pada narkoba bisa membuat orang lebih kuat daripada ideologi apa pun. Akibatnya, sangat sulit memberantasnya kalau tidak menyadari bahwa keterikatan pada narkoba itu berasal dari kenikmatan. Namun, pada akhirnya malah membakar otaknya," ujar Saleh.

Fakta lain yang mengkhawatirkan adalah narkoba sudah menjadi industri besar dalam negeri. Indonesia kini tidak lagi menjadi tempat transit, namun sudah menjadi produsen dan konsumen besar narkoba. "Bagaimana fakta yang begitu mengerikan tidak menjadi ancaman nasional. Korban mati lebih banyak dari perang. Belum yang cacat karena otaknya terbakar dan tidak waras lagi," ungkap Saleh.

Saleh berpandangan strategi yang perlu dikembangkan adalah community based strategy, yaitu strategi pemberantasan narkoba yang terpusat pada simpul-simpul masyarakat. Penyusunan program pencegahan dan perang terhadap narkoba harus secara aktif melibatkan partisipasi masyarakat seluas-luasnya. "Makanya, BNN tidak bisa sendirian, harus semua elemen terlibat," papar dia.

Sumber: http://m.koran-jakarta.com/index.php?id=111512&mode_beritadetail=1

Related Posts