Senin, 11 Juni 2012 , 09:53:00 WIB
RMOL. K2K Production dan Dewi Persik diminta tidak merusak nama baik perfilman Indonesia. Kasus 'pencaplokan' nama Rowan Atkinson dalam film terbaru mereka sudah cukup dijadikan sebagai alasan untuk mencoret nama mereka dari dunia film Indonesia. Pemerintah juga diminta untuk segera memeriksa dan memberikan tindakan tegas.
"Terus terang, saya belum menonton film-nya. Sekalipun benar Rowan Atkinson yang main, saya tidak akan menonton. Masalahnya bukan pada Rowan, tetapi pada Dewi Persiknya. Selama ini, saya dengar seluruh film-film dia selalu berorientasi 'bepudabir', betis, pusat, dada, dan bibir. Sementara akting dan ceritanya sangat jauh dari yang diharapkan oleh para penggemar film," ujar Ketua Umum PP. Pemuda Muhammadiyah Saleh P. Daulay kepada Rakyat Merdeka Online (Senin, 11/6).
Isu kebohongan yang dilakukan K2K Production, lanjut Saleh, sangat memalukan. Di tengah kualitas film Indonesia yang semakin buruk, kasus kebohongan ini pasti akan menambah sikap psimisme di kalangan masyarakat Indonesia. Harapan untuk memproduksi film yang bermutu semakin jauh dari harapan.
"Saya dengar, pihak Rowan Atkinson telah memberikan pernyataan bahwa yang main dalam film 'Mr. Bean Kesurupan Depe' bukanlah Rowan. Kalau pernyataan ini adalah pernyataan resmi, maka masyarakat Indonesia berhak menuntut produsernya. Ini kan jelas-jelas penipuan. Menggunakan segala cara untuk menipu masyarakat dan memperbesar keuntungan pribadi. Ideologi perfilman bukan lagi nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban, tetapi sudah beralih pada materialisme dan pragmatisme sesaat," imbuh pengajar FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Selama ini, masyarakat banyak yang merasa resah dengan produsen-produsen film yang melacurkan diri. Cerita dan gambar-gambar yang ditampilkan tidak jauh dari mistik, aurat, dan hedonisme. Padahal, semua itu jauh sekali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Film sebagai sebuah media penyampai pesan, pasti akan mempengaruhi gaya hidup masyarakat dan juga generasi muda.
"Bila di Amerika kita mengenal Hollywood, di India Bollywood, di Indonesia yang ada malah Pocongwood. Kasihan sekali para produser film jenis ini. Mereka hanya punya uang, tetapi tidak memiliki daya imaginasi positif dan kapasitas intelektual yang cukup untuk memproduksi film-film yang baik," sambung Saleh, yang juga jebolan Colorado State University Amerika Serikat ini.
Oleh karena itu, Saleh Daulay meminta pemerintah dan juga masyarakat memberikan hukuman kepada artis dan produser film "Mr. Bean Kesurupan Depe". Pihak pemerintah menghukum dengan cara menarik izin production house-nya, sementara masyarakat dapat menghukum dengan tidak menonton film-film murahan yang diproduksi dan dimainkan oleh mereka. Kalau masyarakat tidak mau menonton, maka dengan sendirinya production house dan bintang film-nya akan hilang secara perlahan-lahan.
Saat diminta tanggapannya, Depe bersikukuh tidak melakukan kebohongan. Dia pun tak peduli dengan cibiran yang dialamatkan kepadanya. "Yang nyindir bukan masyarakat awam kok, tapi kompetitor film KK Dheeraj,” kata Depe, kepada wartawan, seperti dilansir Harian Rakyat Merdeka.
"Kita jangan munafik, yang namanya bisnis kebanyakan saling menjatuhkan karena merasa tersaingi. Coba kalau nggak merasa tersaingi kan nggak bakalan ngoceh dan emosi," katanya.
Pihak K2K Production juga membantah bahwa melakukan kebohongan.
"Saya tidak bohong, silakan lihat dulu filmnya, baru menilai. Ini memang asli saya datangkan dari Inggris," jawab KK Dheeraj.
Dia juga membantah fakta kebanyakan penonton kecewa dengan ‘Mr Bean palsu’.
"Perdana kemarin, penonton senang dan tidak ada yang kecewa. Salah satu penonton di Medan cukup puas dengan film itu," klaim Dheeraj.
"Ini Mr Bean asli dari Inggris, bukan Mr Bean lokal,” imbuhnya.
Lalu mengapa produser tidak mencantumkan nama Rowan Atkinson dalam poster dan credit title film tersebut?
"Memang di-tittle nama tidak saya cantumkan nama Rowan, melainkan nama Mr Bean karena masyarakat Indonesia mengenalnya Mr Bean bukan Rowan," kilah Dheeraj. [zul]