Berita

Pengamat: Indonesia Harus Prakarsai Pintu Damai Konflik di Mesir

Jumat , 16 Agustus 2013 – 03:05:17 WIB

Jakarta, Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga selaku Ketua Umum PP. Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay menuturkan, bahwa krisis kemanusiaan yang semakin terjadi di Mesir kian parah.

Menurutnya, seharusnya menilai dari segi kemanusiaan, harus segera dihentikan konflik berdarah tersebut. Menyusul tragedi, 'Rabu Berdarah' (14/08) lalu, yang telah menewaskan 525 warga sipil.

"Ini sudah bisa dijadikan sebagai alasan yang kuat bagi dunia internasional untuk ikut campur. Kebiadaban militer dalam menghadapi demonstran sudah melampaui batas dan cenderung merendahkan dan mengabaikan hak-hak asasi manusia," ujar Saleh saat dihubungi IRnews di Jakarta, Jumat (16/08) dini hari WIB.

Selain itu, militer Mesir terbukti tidak mendengar imbauan lembaga-lembaga internasional dan tokoh-tokoh dunia yang menyerukan untuk menghentikan kekerasan dan mengedepankan cara-cara damai dan persuasif dalam menyikapi krisis politik yang ada.

"Demi menyelamatkan nyawa warga sipil yang semakin terancam, dunia internasional dituntut untuk segera melakukan intervensi," jelasnya

Dengan kejadian tersebut, seharusnya dunia internasional bertindak untuk menghindari jatuhnya korban-korban lain yang tidak berdosa. Dalam konteks itu, Indonesia yang memiliki hubungan khusus dengan Mesir diminta untuk segera memprakarsai upaya-upaya konkrit, dalam mengatasi krisis tersebut.

"Ungkapan kecaman dan penyesalan yang sudah disampaikan terbukti tidak efektif dalam menghentikan kekerasan. Karena itu, perlu langkah-langkah diplomasi internasional, terutama mendesak agar segera melakukan pertemuan khusus terkait upaya penyelesaian krisis Mesir," harap dia.

Pasalnya, kata dia, negara-negara Islam, segera bersatu dalam melihat krisis Mesir. Apa pun kepentingan negara-negara Islam atas Mesir harus dikesampingkan. Tambahnya, keselamatan warga sipil Mesir harus diutamakan.

"Pada titik inilah, peran Indonesia menjadi strategis. Karena Indonesia diyakini masih lebih didengar dibandingkan negara-negara Islam lainnya," imbuhnya.

Maka, kata dia, Pemerintah Indonesia bisa mengirimkan beberapa tokoh yang diharapkan dapat meretas pintu damai di negeri Firaun tersebut. Tokoh-tokoh itu juga sekaligus diminta untuk dapat berbicara dengan tokoh-tokoh negara Islam. Dengan demikian, langkah tersebut seharusnya dapat dicoba.

Selain itu, kata dia, Pemerintah AS diminta untuk segera menghentikan bantuan militer sebesar 1,3 miliar dolar per tahun kepada militer Mesir. Bantuan tersebut justru dinilai belum dibutuhkan oleh Mesir saat ini. Bahkan, bantuan itu semakin memperkuat sikap-sikap militeristik tentara Mesir kepada rakyatnya.

"Presiden Obama tidak cukup hanya mengeluarkan statement mengecam. AS diminta mencari solusi terbaik lewat jalur diplomasi internasional," terangnya.

Dalam meretas jalur damai, militer Mesir didesak untuk segera membebaskan Presiden Morsi. Pintu dialog diyakini akan lebih mudah dibuka jika Morsi dibebaskan. Penyelesaian krisis Mesir harus dilakukan secara demokratis atas dasar saling menghargai untuk kepentingan seluruh rakyat Mesir.

"Saya (Saleh Daulay, red) yakin, jika Morsi dibebaskan, maka massa pendukungnya pun akan lebih tenang. Dengan begitu, bentrokan antara pro-Morsi dan militer bisa diminimalisir," tandasnya.

Sumber : indonesiarayanews.com

Related Posts