Berita

Suara Komunitas Batak Terpecah

Sabtu, 09 Maret 2013

JAKARTA – Kemenangan pasangan Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry, tak lepas dari tak solidnya suara pemilih dari komunitas Batak. Banyaknya calon beretnis Batak menjadi salah satu penyebab terpecahnya suara dari komunitas etnis di Sumatra Utara (Sumut). Gatot diuntungkan dengan situasi tersebut.

"Saya kira itu salah satu alasan yang membuat suara terpecah. Apalagi etnis Batak Mandailing sangat mendominasi kandidat yang ada," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Saleh Daulay, di Jakarta, Jumat (8/3).

Lihatlah saja dari calon gubernur dan wakil gubernur yang ada, kata dia, didominasi etnis Batak, seperti Chairuman Harahap, Gus Irawan Pasaribu, dan Fadly Nurzal. Jagoan yang diusung Partai Demokrat pun, yakni Amri Tambunan, meski bermarga Batak Toba, tetapi secara religio-kultural, dia dikategorikan sebagai Batak Mandailing. "Sementara di kubu Batak Toba ada Effendy Simbolon dan RE Nainggolan," katanya.

Karena itu, kata Saleh, hasil Pilkada Sumut kemarin sudah bisa diprediksi sejak dini. Hitung-hitungan dan kalkulasinya sangat mudah dilakukan. Karena kandidat-kandidat hampir semua berasal dari etnis Batak. Gatot diuntungkan dengan komposisi calon tersebut.

"Chairuman, Amri Tambunan, Effendy Simbolon, Gus Irawan berasal dari etnis Batak. Karena itu, dari awal suara pemilih etnis Batak sudah terpecah. Sementara di lain pihak, pemilih etnis Jawa cuma ada satu, yaitu Gatot," kata Saleh.

Terlebih lagi, jumlah pemilih etnis Jawa di Sumut mencapai hampir 35 persen. Artinya, jika pemilih etnis Jawa solid mendukung Gatot, perolehan suara yang didapatkan jagoan PKS itu sangat rasional. "Belum lagi, wakil gubernur yang dipilih adalah etnis Melayu yang kebetulan adalah Bupati Serdang Bedagai. Tengku Erry adalah satu-satunya kandidat etnis Melayu yang ikut kompetisi, baik untuk gubernur maupun wakil gubernur," kata dia.

Konsolidasi
Karena itu, ia melihat ada semacam konsolidasi kekuatan yang sinergis antara etnis Jawa dan Melayu. Selain itu, Gatot adalah kandidat incumbent yang bisa mendapatkan keuntungan dari posisinya saat ini. "Sebagai incumbent, Gatot lebih mudah untuk melakukan konsolidasi dengan berbagai kelompok masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Riset Charta Politika, Arya Fernandez, mengatakan tingkat partisipasi pemilih yang rendah dalam Pilkada Sumut, jelas sangat menguntungkan calon PKS tersebut. Sebagai partai kader, PKS terlihat solid dan mampu mendorong simpatisannya untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).

"Mesin partai mereka memang terlihat bekerja, sementara partai-partai lain tidak bekerja optimal. Selain itu, suara etnis Batak terpecah, sedangkan suara dari komunitas Jawa cukup solid dan suaranya lari ke Gatot," kata Arya.

Secara terpisah, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Gamawan Fauzi, prihatin atas rendahnya tingkat partisipasi pemilih atau tidak sampai 60 persen pada Pilgub Sumut. Hal tersebut diisyaratkan Mendagri melalui Dirjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), A Tanribali Lamo, ketika bersama Ketua Desk Pilkada Sumut, H Nurdin Lubis, yang juga Sekda Provinsi Sumut saat meninjau ke sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Kamis.

Dirjen Kesbangpol atas nama Mendagri, turun langsung meninjau pelaksanaan pemungutan suara bersama Deputi Politik Dalam Negeri Kemenko Polhukam, Yudi Heriyanto, Ketua KPU Pusat, Husni Kamil Manik, Kapolda Sumut, Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro. Mayoritas TPS di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang yang dikunjungi rombongan secara teknis benar-benar siap melaksanakan pemungutan suara sehingga berjalan lancar, aman, dan kondusif.

Namun, menurut pantauan Dirjen dan rombongan yang keliling di lapangan sampai saat beberapa TPS melakukan penghitungan suara, rata-rata TPS rendah tingkat partisipasi masyarakat pemilih yang tidak sampai 60 persen.

Menurt Dirjen Kesbangpol, kondisi ini hendaklah menjadi perhatian dan warning bagi semua pihak dan ini merupakan tanggung jawab bersama agar ke depan tingkat partisipasi itu dapat ditingkatkan, terutama dalam Pemilu 2014. "Ini hendaklah menjadi PR bersama karena di sejumlah TPS menggambarkan tingkat partisipasi yang rendah. Dalam hal ini perlu dipelajari apakah masyarakat jenuh atau sosialisasi yang kurang atau pendidikan politik masyarakat belum efektif," katanya.

Mendagri, menurut Tanribali, memberikan apresiasi kepada masyarakat Sumut atas terlaksananya Pilgub Sumut secara aman, damai dan kondusif. Setidaknya ada empat hal yang bisa menjadi apresiasi atas prestasi penting dalam menggelar Pilgub Sumut, yakni Sumut yang dikenal dinamis heterogen padat penduduk hampir 1,5 juta jiwa mampu menjaga suasana yang kondusif sehingga Pilgub Sumut benar-benar aman dan terkendali.

Dirjen Kesbangpol Kemendagri, A Tanribali Lamo, mengaku salut dan memberi apresiasi tinggi terhadap responsibilitas maupun kepedulian semua pihak menyukseskan Pilgub Sumut masa bakti 2013-2018. "Dari beberapa daerah yang saya kunjungi menjelang Pilkada, Sumut paling mantap persiapannya dan Desk Pilkada Sumut terbaik se-Indonesia, ditandai Desk Pilkada Sumut setahu saya yang keliling memantau TPS sehari menjelang Pilgub Sumut dan kembali memantau pada hari H hingga perhitungan suara," katanya. ags/Ant/P-3

Sumber: koran-jakarta.com

Related Posts