Berita

Umat Islam Indonesia Jangan Terpancing Lomba Karikatur Nabi

Tujuan lomba kartun Nabi Muhammad SAW di Amerika Serikat sejak awal memancing kemarahan umat Islam. Sehingga umat Islam Indonesia diminta jangan menanggapi secara berlebihan hal tersebut.

"Para pelaku secara sengaja mendesain kegiatan seperti itu. Tujuannya memancing kemarahan umat Islam. Dengan begitu, mereka melegitimasi Islam identik dengan kekerasan dan kemarahan," ujar Ketua Komisi VIII DPR Saleh Daulay melalui pesan singkat, Kamis (7/5/2015).

Dalam konteks itu, umat Islam Indonesia tidak terpengaruh dan tidak terpancing bertindak sampai merusak citra Islam. Sikap teduh umat Islam menanggapi masalah ini telah menggagalkan target penggagas kegiatan ini.

"Tindakan mereka dapat dipastikan sebagai bentuk provokasi. Buktinya, Wilders "pembenci Islam asal Belanda itu" sengaja dihadirkan. Dia dihadirkan pasti untuk menarik perhatian dunia internasional," ujarnya.

Politikus PAN itu meminta Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta menjelaskan tentang pelaksanaan lomba pembuatan kartun Nabi Muhammad di negaranya. Karena kegiatan ini menimbulkan perhatian khusus negara-negara lain.

Isu ini dipastikan menjadi perhatian seluruh kedubes Amerika Serikat di dunia. Pasalnya, pemerintah Amerika Serikat saat ini sedang berusaha keras untuk memerangi ISIS yang dinilai berpaham radikal.

"Kedubes AS perlu memberikan penjelasan. Penjelasan itu diperlukan agar publik Indonesia memahami apa yang sesungguhnya terjadi. Dengan begitu, tidak ada salah persepsi," tuturnya.

Lomba kartun yang memakan dua korban tewas dinilai Saleh dapat merusak citra Amerika Serikat sebagai negara demokrasi. Mereka berlindung di balik kebebasan berekspresi tapi minus toleransi yang dipertontonkan warganya.

Kegiatan ini, kata Saleh, merupakan tindakan radikalisme dalam bentuk lain yang juga sama berbahayanya dengan radikalisme agama.

"AS sekarang kan sibuk memerangi radikalisme. Perang terhadap radikalisme tentu tidak bisa dilakukan dengan cara-cara radikal seperti itu. Jika dibiarkan, justru malah akan melahirkan radikalisme baru yang tentu tidak diinginkan kita semua," ungkapnya.**

Sumber: tribunnews.com

Related Posts