Berita

Momentum Perubahan dan Tinggalkan Perilaku Korup

Kamis, 15 November 2012

JAKARTA – Tahun baru Islam esensinya adalah hijrah atau berpindah yang dipetik dari perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekkah ke Kota Madinah. Perpindahan tersebut dimaksudkan untuk meninggalkan kemusyrikan dan keterbelakangan menuju keimanan dan kemajuan. Dalam konteks kekinian, hijrah itu merupakan momentum untuk melakukan kebangkitan dan perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik dari saat ini.

Jadi, masyarakat harus memaknai peringatan Tahun Baru Islam 1434 ini untuk introspeksi sekaligus meninggalkan segala perilaku buruk menjadi sesuatu yang dapat diteladani, termasuk meninggalkan perilaku korup serta menegakkan keadilan. Demikian rangkuman pandangan dosen filsafat UIN Syarif Hidayatullah, Saleh Daulay, di Jakarta; Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ichwan Sam; dan ulama KH Ma'ruf Amin, kepada Koran Jakarta, Rabu (14/11).

Saleh Daulay mengatakan secara sederhana, hijrah itu dapat dimaknai perubahan dari sesuatu yang tidak baik kepada yang baik. "Makna semacam ini akan tetap memiliki kontekstualisasinya di seluruh waktu dan tempat. Tentu tidak terkecuali di masa kini," kata dia.

Maka, kata dia, dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, Tahun Baru Islam mesti diletakan sebagai momentum perubahan, kesempatan untuk bangkit dari keterpurukan, serta perbaikan dari segala kelemahan. "Ini momentum untuk perbaikan," kata Saleh.

Untuk kehidupan berbangsa dan bernegara, kata Saleh, semestinya umat Islam Indonesia mencontoh semangat hijrah yang dilakukan Muhammad, Rasulullah, ketika itu. Hijrah adalah bagian dari konsekuensi keimanan Rasulullah.

Karena itu, setiap umat Islam diharuskan untuk berupaya keras melakukan perubahan-perubahan demi kemaslahatan masyarakat secara umum. "Harus jujur diakui bahwa untuk konteks keindonesiaan masih banyak dimensi kehidupan yang harus diperbaiki. Baik dari sisi kehidupan sesama umat Islam, sesama anak bangsa, maupun sebagai bagian dari komunitas umat manusia pada skala global," kata dia.

Ada beberapa tantangan riil yang sudah menanti di depan mata. Misalnya, dari sisi kehidupan sosial, masih sering ditemukan berbagai disharmonisasi, patologi sosial, dan konflik horizontal."Kita harus hijrah untuk memperbaiki semua itu," kata dia. Dari sisi ekonomi, Indonesia pun masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. Harus ada upaya bersama untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi tersebut.

"Nah, semangat hijrah itu yang harus diserap. Jadikan energi untuk bangkit, berubah ke arah yang lebih baik. Ini momentum menegakkan komitmen kebangsaan kita," kata Saleh. Sementara itu, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ichwan Syam, mengajak segenap umat Islam untuk melakukan evaluasi diri di Tahun Baru Islam ini. "Ini awal tahun, selalu diajarkan muhasabah, yakni mengalkulasi tentang hal-hal yang baik dan kurang baik sepanjang tahun kemarin," terang Ichwan.

Kedua, Ichwan juga berpesan agar umat Islam senantiasa memelihara sikap optimisme dalam hidup. Dapat terus meningkatkan prestasi, baik yang bernilai pahala maupun kebajikan bagi diri sendiri, keluarga, agama, dan bangsa."Termasuk di antaranya prestasi dalam menghormati perbedaan di tengah kebinekaan bangsa," jelas dia.

Dalam Islam, berbuat baik tidak hanya kepada umat satu agama, namun juga kepada umat yang berbeda agama, golongan, bahkan beda pendapat. "Bahkan, juga kita diwajibkan berbuat baik pada orang yang tidak berbuat baik pada kita," kata Ichwan.

Semangat Perubahan
Penegasan senada dikemukakan KH Ma'ruf Amin. Makna Tahun Baru Islam yang paling besar, kata dia, adalah semangat untuk melakukan perubahan. Jadi spirit besar dari Tahun Baru Hijriyah adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, spiritnya adalah melakukan perubahan seperti dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Maka, ketika peristiwa itu kembali tiba untuk diperingati, spirit dari sejarah itulah yang mesti diserap, khususnya oleh umat Islam, dan umumnya bangsa Indonesia. Buah dari perubahan ini bisa dirasakan oleh semua elemen bangsa dan lebih jauh masyarakat dunia. "Jadi ini momentum melakukan perubahan mulai dari kita sendiri. Bila kita telah bisa melakukan perubahan, kita bisa menularkannya ke yang lain," kata dia.

Awal penanggalan islam dihitung sejak Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah. Rasul tiba di Madinah pada Senin, 12 Rabi'al-Awwal, bertepatan dengan 24 September 622 M. ags/cit/AR-3

Sumber: http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/105639/hl

Related Posts