Minggu, 28 Oktober 2012 | 13:38
Pemuda Muhammadiyah menilai kini terjadi penyimpangan terhadap perjanjian luhur Sumpah Pemuda saat ini dengan maraknya aksi intoleransi.
Menurut mereka, yang masih tersisa dari sumpah Pemuda itu hanya semangat memiliki bahasa Indonesia, sementara semangat kebangsaan dan satu tanah air semakin terkikis dengan adanya aksi-aksi terorisme dan intoleransi yang melibatkan pemuda.
"Pemuda Muhammadiyah melihat terjadi penyimpangan terhadap ketiga perjanjian luhur itu," kata Ketua Umum Pemuda PP Muhammadiyah Saleh Daulay melalui rilis dalam rangka hari Sumpah Pemuda, hari ini.
Apalagi, menurut Saleh, saat ini komponen masyarakat sudah ada yang merasa tidak lagi memiliki Indonesia sebagai tanah air karena misalnya rakyat bahkan tak lagi memiliki lahan pertanian karena telah dikuasai oleh korporasi.
"Ada satu atau dua korporasi yang memiliki lahan lebih dari dua juta hektar, mereka merasa paling memiliki tanah air ini dan semua akses terhadap penguasaan tanah dan modal dengan mudah mereka peroleh," kata dia lagi.
Oleh karena itu, Pemuda Muhammadiyah menilai pentingnya kontekstualisasi Sumpah Pemuda saat ini. Hal tersebut bisa dicapai dengan memberikan keadilan dan kesempatan bagi pemuda untuk mencari sumber penghidupan.
"Kesempatan untuk memiliki tanah dan sumber penghidupan harus dibuka secara adil, semua komponen bangsa harus diberi kesempatan untuk menikmati kue pembangunan," kata dia.
Para pemuda harus dipandang sebagai pelanjut estafet kepemimpinan masa depan sehingga diberikan akses terhadap pendidikan, kepemilikan tanah, modal, dan juga di ranah sosial politik.
Dia mengatakan, para pemimpin sudah saatnya pula membuka ruang bagi tampilnya kaum muda di pentas politik nasional.
Sumber: http://www.beritasatu.com/mobile/nasional/80001-muhammadiyah-nilai-nilai-sumpah-pemuda-makin-terkikis.html