Berita

Pemuda Muhammadiyah: Negara Islam Harus Bersatu Atasi Krisis Mesir

Jumat, 16-08-2013 10:33 WIB

Jakarta Krisis kemanusiaan yang semakin parah yang terjadi di Mesir sudah semestinya segera dihentikan. Menyusul tragedi "Rabu Berdarah" (14/8) yang menewaskan 525 orang rakyat sipil sudah bisa dijadikan sebagai alasan yang kuat bagi dunia internasional untuk ikut campur.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay mengatakan kebiadaban militer dalam menghadapi demonstran sudah melampaui batas dan cenderung merendahkan dan mengabaikan hak-hak asasi manusia. Selain itu, militer Mesir terbukti tidak mendengar himbauan lembaga-lembaga Internasional dan tokoh-tokoh dunia yang menyerukan untuk menghentikan kekerasan dan mengedepankan cara-cara damai dan persuasif dalam menyikapi krisis politik yang ada.

"Demi menyelamatkan nyawa warga sipil yang semakin terancam, dunia internasional dituntut untuk segera melakukan intervensi. Dunia internasional harus bertindak untuk menghindari jatuhnya korban-korban lain yang tidak berdosa," ujar Saleh Partaonan Daulay melalui pesan blackberry messengernya, Jumat (16/8/2013).

Dalam konteks itu, kata dia, Indonesia yang memiliki hubungan khusus dengan Mesir diminta untuk segera memprakarsai upaya-upaya konkrit dalam mengatasi krisis tersebut. Ungkapan kecaman dan penyesalan yang sudah disampaikan terbukti tidak efektif dalam menghentikan kekerasan. Karena itu, perlu langkah-langkah diplomasi internasional, terutama mendesak agar OKI segera melakukan pertemuan khusus terkait upaya penyelesaian krisis Mesir.

"Negara-negara Islam diminta untuk segera bersatu dalam melihat krisis Mesir. Apa pun kepentingan negara-negara Islam atas Mesir harus dikesampingkan. Keselamatan warga sipil Mesir harus diutamakan. Pada titik inilah, peran Indonesia menjadi strategis. Indonesia diyakini masih lebih didengar dibandingkan negara-negara Islam lainnya," katanya.

Dalam hal ini, jelas dia, pemerintah Indonesia bisa mengirimkan beberapa tokoh yang diharapkan dapat meretas pintu damai di Mesir. Tokoh-tokoh itu juga sekaligus diminta untuk dapat berbicara dengan tokoh-tokoh negara Islam, khususnya yang tergabung di dalam OKI. "Walau dipandang sulit, namun langkah tersebut perlu dicoba," cetusnya.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah AS diminta untuk segera menghentikan bantuan militer sebesar 1,3 miliar dolar per tahun kepada militer Mesir. Bantuan itu justru dinilai belum dibutuhkan oleh Mesir saat ini. Bahkan, bantuan itu semakin memperkuat sikap-sikap militeristik tentara Mesir pada warga sipil.

"Presiden Obama tidak cukup hanya mengeluarkan statement mengecam. AS diminta mencari solusi terbaik lewat jalur diplomasi internasional," desaknya.

Dalam meretas jalur damai, tambah dia, militer Mesir didesak untuk segera membebaskan presiden Mursi. Pintu dialog diyakini akan lebih mudah dibuka jika Mursi dibebaskan. Penyelesaian krisis Mesir harus dilakukan secara demokratis atas dasar saling menghargai untuk kepentingan seluruh rakyat Mesir.

"Saya yakin, jika Mursi dibebaskan, maka massa pendukungnya pun akan lebih tenang. Dengan begitu, bentrokan antara pro-Mursi dan militer bisa diminimalisir," tutup Saleh Partaonan Daulay yang juga Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini

sumber : pesatnews.com

Related Posts