Berita

Pemuda Muhammadiyah: Renungkan Pernyataan Itsbat = Kebodohan

Jumat, 09 August 2013 17:59 WIB

Jakarta, Pernyataan Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA bahwa sidang itsbat mempertontonkan kebodohan umat muslin Indonesia, merupakan pernyataan yang harus direnungkan. Penilaian tersebut disampaikan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Saleh Partaonan Daulay, di Jakarta, Jum`at (9/8). Menurutnya, sebagai pengamat sosial politik, pernyataan tersebut pasti didorong oleh pandangan obyektif.
 

"Tidak mungkin pandangan itu disampaikan atas dasar pesanan ormas atau kelompok-kelompok tertentu. Saya kira Denny JA tidak memiliki kepentingan apa pun menyangkut sidang itsbat. Bisa saja, pernyataan itu beranjak dari kegelisahannya selama ini," nilai Saleh.

Selain itu, imbuh Saleh, pandangan Denny juga bisa jadi beranjak dari rasa nasionalisme. Kemungkinan besar, Denny merasa kasihan dan iba melihat cara umat Islam menetapkan puasa dan Idul Fitri. Sebagai orang Indonesia, Denny merasa terpanggil untuk angkat bicara walaupun bidang kajiannya selama ini bukan agama dan astronomi.

Lagi pula, tandasnya, penetapan awal puasa dan Idul Fitri bukanlah sesuatu yang harus ditetapkan secara demokratis dalam sidang itsbat. Walaupun dihadiri dan disepakati oleh seluruh ormas, bukan berarti keputusan itu harus diikuti oleh seluruh warga negara.

Kemudian, tidak ada juga Undang-Undang atau aturan yang mengharuskan warga negara mengikuti hasil sidang itsbat itu. Kalaupun Undang-Undang dan aturannya dibuat, dipastikan akan kontraproduktif karena tidak semua warga negara bisa mengikutinya. "Penetapan awal Ramadan dan Idul Fitri adalah bagian dari keyakinan. Negara tidak bisa mencampuri keyakinan warga negara," tandasnya.

Walaupun ada pernyataan bahwa sidang itsbat tidak memiliki muatan politik apa pun, tegasnya, tetapi tetap saja ada sinyalemen ke arah itu. Pasalnya, satu-satunya negara di dunia yang menetapkan 1 Ramadan dan 1 Syawal melalui sidang itsbat hanyalah Indonesia.

"Kalau bukan bermotif politik, lalu apa yang melatar belakanginya? Katanya untuk kebersamaan. Kalau untuk kebersamaan, lalu mengapa pendapat sebagian diterima sebagian lain ditolak?" cetusnya.

Jangan-jangan, kata Saleh, sidang itsbat itulah yang menjadi sumber ketidakbersamaan itu. Kalau semua orang dibiarkan melaksanakan agama sesuai keyakinannya, dipastikan kebersamaan tetap terjalin. Buktinya, umat Islam dan umat beragama lain bisa rukun walaupun ada perbedaan teologis yang mustahil disatukan. (IS)

sumber : gatra

Related Posts