Berita

Pesan untuk Jokowi: Persoalan Jakarta Tak Bisa Diselesaikan dengan Ritual Supranatural

RMOL. Foto yang memperlihatkan Walikota Solo Joko Widodo tengah memandikan satu unit mobil Esemka Rajawali dengan air kembang kembali menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat ibukota. Adegan memandikan benda mati dengan air kembang itu dianggap sebagai wujud dari pikiran yang tidak rasional.

"Memberangkatkan mobil Esemka Rajawali untuk mengikuti uji emisi kok pakai mandi kembang. Apa pengaruh mandi kembang itu terhadap kelulusan uji emisi?" kata Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Saleh Daulay dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka Online, Selasa pagi (4/8).

"Pengaruhnya tidak ada sama sekali. Faktanya, walau sudah dimandikan dengan ritual yang cenderung bersifat klenik, dalam uji emisi itu mobil Esemka ternyata tidak lulus," sambung Saleh merujuk hasil uji emisi Esemka Rajawali di bulan Februari.

Mobil Esemka Rajawali adalah hasil rakitan siswa SMK 2 Solo yang didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jokowi tampak begitu menggebu-gebu memanfaatkan mobil Esemka Rajawali sebagai salah satu undakan menuju pencalonan dirinya sebagai gubernur DKI Jakarta. Setelah gagal di bulan Februari, Esemka kembali mengikuti uji emisi dan akhirnya beberapa waktu lalu dinyatakan lulus dengan syarat harus mengurangi bobot.

Menurut Saleh yang juga pengajar di Jurusan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta membutuhkan pemimpin yang mampu berpikir secara rasional dalam menyelesaikan setumpuk persoalan di ibukota. Persoalan Jakarta tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan supranatural, apalagi dengan sesuatu yang irasional.

"Para pemilih di ibukota yang terkenal sangat cerdas tentu akan memilih gubernur dan wagub yang rasional dan intelektual," sambungnya.

Saleh juga mengatakan dirinya khawatir praktik semacam memandikan dengan air kembang itu akan terus dilakukan apabila Jokowi menang dalam pemilihan gubernur Jakarta.

"Mungkin sebagian orang menganggap ini masalah sepele. Padahal, ini masalah yang sangat prinsipil. Kalau urusan kecil seperti itu saja sudah tidak menggunakan akal sehat, dapat dipastikan persoalan-persoalan besar juga akan menggunakan praktik-praktik seperti itu," masih katanya.

Karena itu, Saleh berharap pemilih emosional bersedia memikirkan ulang pilihan politik dalam putaran kedua nanti. Pakailah akal pikiran yang sehat dalam melihat kapasitas dan kualitas kandidat. Kalau emosinalitas yang dikembangkan, Saleh khawatir, pemilih akan menyesal dalam 5 tahun yang akan datang.

"Lagi pula, kasihan ibukota Jakarta yang dalam proses berbenah saat ini," demikian Saleh. [guh]

Related Posts