RMOL. Mundurnya Anis Matta dari jabatan Wakil Ketua dan anggota DPR RI dinilai bukan sesuatu yang istimewa. Pasalnya, jauh sebelum itu sudah ada beberapa anggota DPR dari partai lain yang melakukan hal yang sama. Karena itu, langkah Anis ini tidak bisa diharapkan dapat meraup simpati masyarakat.
"Sebelum Anis kan sudah ada Anas Urbaningrum (Demokrat) dan Idrus Marham (Golkar). Kalau mau bijak, semestinya Anis mundur persis ketika diangkat menjadi sekjen partai," ujar pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saleh P. Daulay, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Sabtu, 2/2).
Menurutnya, jika mundur itu diniatkan untuk membawa perubahan hakiki, semestinya PKS mundur secara kolektif dari koalisi KIB II. Selama masih ada di pemerintahan, perubahan akan sulit dilakukan. Ini karena irama permainan masih tetap akan didominasi oleh partai yang paling berkuasa.
PKS dinilai Saleh sangat wajar untuk mundur dari koalisi. Terlebih Anis Matta, Presiden PKS terpilih, mensinyalir ada konspirasi dibalik penetapan status tersangka bagi Luthfi Hasan Ishaaq. Konspirasi ini dapat dimaknai sebagai upaya sistematis untuk mendegradasi kekuatan PKS di pentas politik nasional.[ian]