Kunjungan

Suka Duka Belajar di Negeri Orang (7)

Mata kuliah wajib lain yang saya ambil pada semester satu adalah Seminar in Major Philosophical Texts. Sebagaimana saya sebutkan sebelumnya, ada dua buku yang dijadikan referensi utama yaitu Theory of Justice karya John Rawls dan Morals by Agreement karya David Gauthier. Paroh pertama semester satu membaca dan mendiskusikan buku Theory of Justice, sementara paroh kedua membaca dan mendiskusikan buku Morals by Agreement.

Kitchner, professor pemandu mata kuliah ini, membagi bab-bab yang ada di dalam buku itu sesuai dengan jumlah mahasiswa. Masing-masing mahasiswa diharuskan menulis satu makalah terkait dengan tugas reading yang diberikan kepadanya dan akan dipresentasikan satu per satu di depan kelas. Supaya adil, mahasiswa diundi. Siapa yang mendapat nomor satu, maka dia yang pertama presentasi di kelas. Sementara mahasiswa lain akan mempresentasikan makalahnya sesuai dengan nomor urut yang diperolehnya. Alhamdulillah, saya mendapat nomor 12. Tentu perlu bersyukur karena dengan mendapat nomor 12, artinya banyak waktu yang tersedia untuk menyelesaikan makalah yang menjadi tanggung jawab saya. Saya masih ingat, topik yang diberikan ke saya adalah bab ke-10 buku David Gauthier yaitu "The Ring of Gyges".

Sama seperti ke Rolston, saya juga mendatangi Kitchner dan menjelaskan kepadanya kalau saya adalah mahasiswa international yang baru pertama kali mendapat pengalaman belajar dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Karena itu, saya tetap meminta bantuan dia untuk memahami makalah yang akan saya peresentasikan kelak. Kitchner tidak keberatan dan bahkan senang untuk memberikan masukan terhadap tugas-tugas kuliah yang diberikan kepada saya.

Sayangnya, setelah saya membaca buku Morals by Agreement, rasanya sulit sekali untuk memahaminya. Saya berdiskusi dengan teman saya, Win, tentang buku itu. Dia mengatakan bahwa sebagai mahasiswa Amerika dia pun mendapat kesulitan untuk memahami ide yang terdapat dalam buku itu. Dia mengerti bahwa saya mendapat dua kesulitan sekaligus yaitu kesulitan untuk memahami bahasa Inggrisnya dan  kesulitan untuk memahami gagasan yang terdapat dalam buku itu. Bahkan, dia pernah menyatakan, "Beruntunglah Anda belajar di sini karena Anda punya pengalaman membaca buku yang menurut saya paling sulit dipahami".

Saya melakukan banyak usaha untuk memahami buku itu. Pertama, saya harus membaca berbagai resensi yang pernah dibuat orang terkait buku itu. Secara berkala saya pergi ke perpustakaan untuk mencari resensi yang ada. Saya selalu menggunakan fasilitas digital library untuk mencari journal dan resensi buku yang saya butuhkan.

Memang sangat beruntung mereka yang belajar di negara maju seperti itu. Perpustakaan yang dimiliki CSU tidak hanya dipenuhi dengan buku-buku dan referensi dari berbagai disiplin ilmu, tetapi juga dipenuhi dengan perpustakaan online yang memiliki koneksi dengan hampir semua perpustakaan di Amerika, Inggris, dan beberapa negara lain yang telah menjalin kerjasama dengan universitas-universitas yang ada di sana.

Pelayanan perpustakaan betul-betul professional dan sangat memuaskan. Sebagai contoh, saya pernah mencari sebuah buku berbahasa Arab yang berjudul "Al-hikmah Al-'Arsyiyyah" karya Mulla Sadra. Setelah mencari di seluruh perpustakaan CSU dan juga bertanya dengan pustakawan, saya tidak menemukan buku dimaksud. Pustakawan akhirnya menyarankan kepada saya untuk mencari dengan menggunakan fasilitas interlink library. Saya menemukan buku itu ada di perpustakaan University of Texas di Austin. Lalu saya memesan buku itu untuk dikirim ke perpustakaan CSU. Seminggu kemudian, saya mendapat telepon dari petugas perpustakaan bahwa buku yang saya cari telah ada di pepustakaan CSU dan siap diambil untuk dipinjam selama 2 minggu dan bisa diperpanjang satu kali perpanjangan.

Oh iya, mahasiswa pascasarjana di sana boleh meminjam buku sebanyak enam puluh judul buku untuk masa pinjam tiga bulan. Namun, bila ada mahasiswa lain yang membutuhkan, otomatis mesin pencari di internet akan mengirimkan pesan ke alamat email mahasiswa yang sedang meminjam dan diberikan waktu satu minggu untuk mengembalikan ke perspustakaan. Kalau tidak ada yang meminjam, maka buku-buku yang dipinjam sudah sama dengan milik sendiri karena bisa dipinjam dalam waktu yang relatif lama.

Pelayanan perpustakaan online CSU bisa dinikmati tidak hanya ketika berada di kampus, tetapi bisa juga diakses dari mana saja. Akses internet yang sangat baik di seluruh apartment yang ada menyebabkan mahasiswa bisa belajar meskipun perpustakaan telah tutup. Mahasiswa bisa mendownload beberapa jurnal ilmiah dari ratusan jurnal internasional yang ada. Selama saya belajar di CSU, saya mendownload tidak kurang dari 750 artikel yang menurut saya relevan dengan bidang keilmuwan saya. Rencananya, jurnal-jurnal itu kelak akan saya jadikan sebagai bahan referensi untuk menulis.

Pada semester fall dan spring, perpustakaan dibuka sepanjang hari dari jam 7 pagi sampai jam 12 malam. Pada musim ujian, perpustakaan ditutup lebih lama sampai dengan jam 2 pagi. Sementara pada musim Summer, perpustakaan dibuka dari jam 7 pagi sampai dengan jam 10 malam. Waktu buka perpustakaan lebih singkat pada hari Sabtu dan Minggu.

Selain dilengkapi dengan buku-buku, tesis dan disertasi, journal, dokumen, enksiklopedia yang lengkap, perpustakaan juga dilengkapi dengan komputer, audiovisual, ruang belajar bersama, ruang belajar sendiri, ruang seminar, dan berbagai fasilitas lain. Di perpustakaan juga disediakan konsultan penulisan makalah dan karya ilmiah.

Sayangnya, tidak disediakan ruang untuk pelaksanaan ibadah. Kalau saya ke perpustakaan, biasanya saya membawa makanan sendiri karena selalu pulang larut malam. Bila waktu sholat tiba, saya tinggal mencari tempat yang agak sepi di samping rak-rak buku. Lalu, saya meletakkan dua lembar koran yang sudah saya siapkan. Di sanalah biasanya saya sholat untuk menghemat waktu pergi ke Islamic Center yang jaraknya sangat jauh dari perpustakaan.

Dari sisi penyediaan buku referensi yang dibaca di kelas, CSU memiliki toko buku yang khusus menyediakan buku-buku yang diajarkan oleh seluruh dosen. Dosen yang hendak mengajar pada semester depan, misalnya, diharuskan memberitahu toko buku untuk menyediakan buku-buku referensi yang dipergunakannya di kelas. Dengan cara itu, tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk tidak memiliki buku referensi selama mengikuti perkuliahannya.

Ada dua jenis buku yang dijual di toko buku itu. Pertama adalah buku baru dan kedua buku bekas. Tentu buku baru harganya lebih mahal dari buku bekas. Perlu dicatat bahwa setiap akhir semester, toko buku kampus memberikan kesempatan kepada seluruh mahasiswa untuk menjual buku-buku yang tidak dipakainya lagi pada semester berikutnya. Tentu dengan harga relatif murah. Pada tahun depannya, buku itu akan dijual kembali kepada para mahasiswa lain yang membutuhkan dengan harga yang lebih mahal. Toko buku itu tentu mendapat keuntungan yang sangat lumayan dari hasil penjualan buku-buku bekas tersebut.

Saya biasanya hanya membeli buku bekas. Meskipun bekas, biasanya masih sangat layak dipakai karena jarang ada tulisan dan coret-coretan di dalamnya. Kalau persediaan buku bekas tidak ada lagi (karena mahasiswa berebut untuk membeli buku-buku bekas itu), maka saya lebih memilih membeli buku online di amazon.com. Harga buku baru di amazon jauh lebih murah dari buku yang dijual di toko buku CSU. Hanya saja, butuh waktu seminggu atau dua minggu untuk dikirimkan ke alamat para pembelinya.

Kembali ke soal kuliah kuliah dengan Kitchner. Kuliah dilaksanakan dari jam 7 sampai dengan jam 10 malam. Anehnya, kuliah ini tidak dilaksanakan di kampus, tetapi di rumah Kitchner. Semua mahasiswa diminta datang ke rumahnya. Dia selalu menyediakan minuman dan snack untuk para mahasiswa. Untuk sampai ke rumah Kitchner, saya selalu berangkat dengan Win dan Jordan, dua orang teman sekelas saya. Mobil "truck" Win sangat representatif untuk ditumpangi. Oleh karena apartment saya dan Jordan berdekatan, Win selalu menjemput kami persis pada pukul 6.30 di apartment saya. Itu berlangsung selama hampir satu semester. Selama perjalanan, kami selalu membahas topik yang akan dibicarakan malam itu. Dari hasil perbincangan itu, saya memahami bahwa kedua orang teman ini sering kali berbeda cara pandang dalam memahami teks-teks yang mereka baca.

Sejalan dengan waktu perkuliahan, saya mencoba mencicil menyelesaikan tugas yang diberikan Kitchner. Dari hasil referensi dan resensi yang saya peroleh, saya menulis makalah untuk dipresentasikan. Secara umum, bab "The RIng of Gyges" membahas pendapat Glaucon seperti dikutip dalam buku "Republic" karya Plato. Menurut Glaucon, semua orang hanya mau melakukan tindakan keadilan bukan karena keadilan itu dinilai baik, tetapi karena seseorang tidak mampu melakukan tindakan ketidakadilan.

Gloucon mengambil kesimpulan itu berdasarkan cerita seorang penggembala Raja.  Ringkasan ceritanya kira-kira begini. Pada suatu waktu, penggembala menemukan sebuah cincin istimewa. Cincin itu memiliki kekuatan untuk membuat orang yang memakainya tidak dapat dilihat orang lain. Dengan kekuatan itu, kemudian penggembala berniat jahat. Dia lalu pergi ke istana untuk memperkosa ratu. Karena tidak dapat dilihat oleh siapa pun, ia dengan mudah melakukan kejahatan itu. Tidak puas dengan itu, ia pun kemudian membunuh raja dan mengumumkan dirinya sebagai raja pengganti.

Dari cerita itu, penggembala bisa berbuat sewenang-wenang karena dia memiliki kekuatan. Karena itu, kata Glaucon, semua orang yang memiliki kekuatan cenderung tidak akan mau berbuat adil. Mereka yang memiliki kekuatan cenderung menyalahgunakan kekuatannya untuk berbuat jahat dan tidak adil. Orang-orang bisa berbuat adil dan baik jika ada hukum dan peraturan yang secara tegas diterapkan. Mereka yang taat hukum bukan karena kesadaran pribadi, tetapi karena tidak memiliki kekuatan untuk melawan hukum tersebut.

Cerita tersebut sangat erat kaitannya dengan teori contratarianism yang digagas Gauthier. Menurut Gauthier, manusia mau melakukan perjanjian untuk membentuk suatu negara karena manusia lemah dan tidak bisa berbuat sewenang-wenang untuk mendapatkan semua keinginannya. Karena itu, jalan yang terbaik untuk mendapatkan perlindungan adalah membuat kontrak dengan orang lain. Negaralah kemudian yang diharapkan dapat membuat aturan dan undang-undang yang harus ditaati semua orang. Negara berhak memberikan hukuman bagi mereka yang melanggar aturan-aturan negara.

Itulah kira-kira isi makalah yang saya buat ketika itu. Alhamdulillah, mata kuliah ini pun berhasil saya selesaikan. Saya lulus dan berhak untuk mengambil mata kuliah lain sesuai dengan minat dan konsentrasi saya.

Bersambung…

 

Related Posts