Berita

Tak Tepat Ukur HAM Indonesia dengan Perspektif Barat

Jum'at, 21 Desember 2012

VHRmedia, Jakarta – Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, Saleh Daulay mengakui kehidupan toleransi di Indonesia masih tetap menyisakan masalah dengan masih terjadinya beberapa peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia.

Namun, menurut Saleh, tetap saja tak pas mengukur HAM di Indonesia berdasarkan perspektif HAM di negara lain.“Tidak tepat bila HAM di Indonesia dibandingkan dengan HAM misalnya dengan di Inggris atau Swedia, “ kata Saleh di Jakarta, Jumat (21/12).

Misalnya, tentang kehidupan toleransi beragama dan berkeyakinan di Indonesia, menurutnya secara umum sudah menunjukan perbaikan. Tapi ia tak menampik bila masih ada beberapa kasus HAM yang terjadi di Indonesia. Tetapi, bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, kondisi di Indonesia tergolong lebih baik.

“Penilaian terhadap toleransi di Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara-negara yang masyarakatnya lebih homogen dan jumlah penduduknya sedikit,” kata Saleh.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang ditambah dengan pluralitas masyarakat Indonesia, membuat Indonesia memang sedikit berbeda dengan negara-negara tersebut.

Di sisi lain, soal penerapan HAM di Indonesia tidak bisa serta merta disamakan dengan negara-negara Barat karena HAM di Indonesia harus disesuaikan dengan kearifan lokal dan kesepakatan para pendiri bangsa ini. “Karena itu, HAM di Indonesia harus dilihat dalam kacamata Pancasila dan UUD 1945,”ujar Saleh.

Ditambahkannya, kemajemukan suku, budaya, dan agama di Indonesia membuat Indonesia unik. Karena itu, tidak tepat bila alat ukur penegakan HAM di Indonesia memakai kacamata Barat. Sejalan dengan itu, dirinnya melihat perlu diformulasikannya HAM konstitusi sebagai HAM ala Indonesia. “Orang yang menilai penegakan HAM di Indonesia masih suram, menurut saya, itu karena tolok ukur yang digunakan adalah HAM Barat,” katanya.

Namun, Saleh tidak menampik bila  masih ada beberapa kasus HAM yang perlu diselesaikan bersama. Utamanya dalam bidang hubungan antar agama. Menurutnya, para tokoh agama dan tokoh masyarakat harus berdiri di barisan terdepan dalam mempromosikan toleransi ini.

“ Bagaimanapun, kita harus mengakui bahwa salah satu sumber kekuatan bangsa ini adalah dalam bidang toleransi ini. Bila kita gagal dalam bidang ini, maka pertaruhannya adalah masa depan Indonesia,” ujarnya.(E2)

Sumber: http://www.vhrmedia.com/new/berita_detail.php?id=615

Related Posts