Kunjungan

Dari Silaturrahmi Menuju Aksi: Merancang Program Peningkatan Publik Diplomasi Indonesia –Malaysia

Banyak persepsi dan perspektif yang muncul dari masing-masing peserta kunjungan silaturrahmi delegasi Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Organisasi Kepemudaan (OKP) Indonesia ke Malaysia beberapa waktu yang lalu. Namun satu hal yang perlu disyukuri adalah persepsi dan perspektif yang berbeda tersebut bermuara pada satu kesepahaman tentang betapa pentingnya meningkatkan kembali hubungan bilateral (al-álaqat al-tsana’iyyah) antara kedua Negara. Umumnya, para peserta menyadari betul bahwa kisruh, ribut, atau terkadang caci-maki yang muncul di masyarakat haruslah segera diakhiri. Salah satucara yang dapat dilakukan dalam mengakhiri hal itu adalah dengan membangun dan meningkatkan people to people diplomacy antara kedua Negara yang memang belakangan disadari agak sedikit melemah dan cenderung terabaikan.

Pentingnya membangun dan meningkatkan diplomasi antara masyarakat Indonesia dengan Malaysia bukanlah didasarkan hanya pada persoalan letak geografis, dimana secara kebetulan Indonesia dan Malaysia hidup bertetangga. Tetapi lebih jauh dari itu, diplomasi antar masyarakat ini menjadi lebih penting bila dilihat dari perspektif historis, sosiologis, geopolitis, dan juga ideologis. Secara historis, masing-masing masyarakat Indonesia dan Malaysia menyadari betul bahwa kedua wilayah ini dulu pernah mengalami masa-masa indah (the golden ages). Ketika itu, batas-batas teritorial belum begitu penting. Orang-orang dari kedua wilayah bebas masuk untuk mencari nafkah, menikah, dan juga meniti hidup tanpa harus ditanyakan identitas kewarganegaraannya.

Kenangan masa-masa indah ini sampai sekarang masih bisa dirasakan. Tentu tidak mengherankan, misalnya, bila banyak orang Melayu Malaysia yang mengaku keturunan Bugis, Jawa, Padang, Mandailing, dan banyak suku lainnya yang berasal dari Indonesia. Latar belakang historis inilah kemudian yang menghantarkan Liow (2005) dalam bukunya The Politics of Indonesia-Malaysia Relations sampai pada kesimpulan bahwa kata ‘serumpun’ yang mengikat relasi Indonesia dan Malaysia dapat diartikan sebagai relasi blood brotherhood (persaudaraan sedarah).

Sementara secara sosiologis, struktur sosial masyarakat Indonesia dan Malaysia juga tidak jauh berbeda, untuk tidak mengatakan persis sama. Sebagai contoh, sistem kekerabatan, organisasi sosial, sistem perkawinan, norma sosial dan adat istiadat antara kedua negara sangat identik. Persamaan dari sisi sosiologis ini kemudian menjadi lebih sempurna dari aspek bahasa Melayu yang telah lama menjadi lingua franca di nusantara sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Persamaan sosiologis ini pula yang menyebabkan pandangan dunia (world view) orang Melayu Malaysia sama dengan pandangan dunia orang Indonesia. Karena itu, orang Malaysia yang berkunjung ke Indonesia, dan juga orang Indonesia yang berkunjung ke Malaysia tidak pernah merasa sebagai orang asing. Bahkan, sebagian di antara mereka merasa seperti di tanah air dan di kampung sendiri.

Sedangkan secara geopolitis, hubungan Indonesia dan Malaysia menjadi sangat spesial karena letak geografisnya yang sama-sama menjadi pengawal selat Malaka yang sejak zaman dahulu menjadi incaran para pedagang asing di wilayah ini. Oleh karena letaknya yang sangat strategis, saat ini pun selat Malaka tetap saja memiliki daya pikat tersendiri. Banyak pihak asing yang mempunyai kepentingan di jalur ini. Untuk memuluskan kepentingannya, mereka tentu saja tidak “bahagia” bila Indonesia dan Malaysia bermesraan di kawasan ini. Dan tidak jarang bila kemudian ada banyak propaganda yang dilakukan untuk merusak kemesraan kedua negara. Apalagi banyak kalangan yang meyakini bahwa kebangkitan wilayah Asia-Pasifik sangat dipengaruhi oleh kebangkitan ekonomi Indonesia dan Malaysia.

Sementara bila dilihat dari aspek ideologis, hubungan Indonesia dan Malaysia sudah melintasi batas-batas teritorial, suku, budaya, dan hal-hal yang bersifat temporal lainnya. Masyarakat Indonesia dan Malayu Malaysia diikat oleh ikatan ideologis dalam bentuk tawhid, yaitu kesamaan agama dan keyakinan. Banyak sekali tuntunan baik di dalam Al-Quran maupun Hadits yang memerintahkan agar orang-orang beriman menjaga persatuan dan ukhuwah di antara mereka. Dalam surat Al-Hujarat, misalnya, Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, karena itu perbaikilah hubungan di antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat” (QS. Al-Hujurât 49:10). Sejalan dengan ayat ini, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya: ”Tidak beriman seseorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari-Muslim).

Argumen historis, sosiologis, geopolitis, dan juga ideologis yang disebutkan di atas akhirnya menghantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa membangun dan mengembangkan people to people diplomacy antara Indonesia dan Malaysia merupakan suatu keharusan yang harus segera diwujudkan. Institusi-institusi civil society yang ada di Indonesia dan Malaysia merupakan elemen utama yang diharapkan berdiri di barisan terdepan. Tugas mulia ini tidak bisa dilakukan hanya sepihak, tetapi harus dikerjakan secara bersama-sama.

Merangkai Agenda Aksi

Banyak program dan agenda aksi yang dapat dilakukan dalam membangun dan meningkatkan publik diplomasi antara Indonesia dan Malaysia. Program dan agenda aksi itu antara lain dapat berupa pertukaran aktivis non-government organization Indonesia dan Malaysia, pertukaran latihan kepemimpinan pemuda, pembentukan pusat-pusat advokasi masyarakat di kedua negara, festival seni dan budaya,  pertukaran da’i,  dan lain-lain.

Pertukaran Aktivis NGO

Pertukaran aktivis NGO Indonesia-Malaysia dilakukan untuk saling mengenal dan merekatkan hubungan di antara sesama mereka. Pertukaran aktivis ini dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan muhibbah ke masing-masing negara. Dalam kesempatan pertukaran ini, para aktivis diharapkan akan dapat lebih mengenal dan memahami kondisi sosial budaya masing-masing negara. Selain itu, dapat pula dilakukan kunjungan ke berbagai institusi yang dianggap penting dalam kaitannya dalam upaya peningkatan publik diplomasi di antara kedua negara.

Selain untuk meningkatkan pemahaman dan kesepahaman di lingkungan para aktivis NGO, kegiatan ini sekaligus juga dimaksudkan untuk menelusuri kemungkinan pelaksanaan program dan kegiatan aksi bersama. Semakin banyak NGO yang dilibatkan dalam kegiatan ini, tentu akan semakin baik karena dengan demikian semakin banyak pula yang akan mengkampanyekan pentingnya peningkatan hubungan Indonesia-Malaysia di masa yang akan datang. Untuk memaksimalkan hasil kunjungan, peserta yang diutus semestinya adalah orang yang betul-betul memiliki posisi strategis baik di lingkungan NGO-nya maupun di tengah-tengah masyarakat luas.

Pertukaran Latihan Kepemimpinan Pemuda

Program latihan kepemimpinan Pemuda kedua negara dianggap penting mengingat para pemuda inilah nantinya yang akan menjadi pemimpin di masa depan (the youth of today is the leader of tomorrow). Para calon pemimpin ini tentu perlu mendapatkan latihan kepemimpinan sebagai bekal untuk menjadi seorang pemimpin. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengundang sejumlah tokoh pemimpin muda dari masing-masing negara untuk di latih baik di Indonesia maupun di Malaysia. Untuk memaksimalkan hasil yang ingin dicapai, sebaiknya para pemuda Indonesia dilatih oleh para pemimpin atau pemuka masyarakat di Malaysia, sebaliknya para pemuda Malaysia dilatih oleh para pemimpin atau pemuka masyarakat di Indonesia. Bila program ini berhasil dengan baik, maka di masa depan akan lahir para pemimpin yang menguasai dan memahami secara baik kehidupan sosial politik di kedua negara. Dan tentu saja, para pemimpin ini akan menjadi tumpuan kita dalam melanggengkan hubungan harmonis di masa-masa yang akan datang.

Pembentukan Pusat-pusat Advokasi Masyarakat

Pusat-pusat advokasi masyarakat sangat diperlukan terutama untuk memberikan perlindungan kepada warga Indonesia dan Malaysia yang sedang menghadapi masalah. Pusat advokasi masyarakat ini, misalnya, dapat dibentuk secara khusus untuk membantu para TKI yang bekerja di Malaysia. Selain untuk membantu dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang berkenaan dengan hak dan kewajiban  mereka, pusat advokasi ini bisa juga dijadikan sebagai sarana untuk melatih para TKI tersebut dalam menginvestasikan uang mereka. Keahlian mereka dalam menginvestasikan uang tentu sangat membantu sehingga mereka bisa lebih mandiri setelah kembali dari Malaysia. Hal ini juga dapat membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru dari hasil investasi para mantan TKI tersebut.

Festival Seni dan Budaya

Di antara persoalan yang sering mengganggu hubungan antara masyarakat Indonesia dan Malaysia adalah persoalan seni dan budaya. Oleh karena itu, persoalan ini perlu diselesaikan secara bijaksana. Hal penting yang dapat dilakukan dalam menanggulangi masalah ini adalah dengan mengadakan festival seni dan budaya Indonesia dan Malaysia secara regular di masing-masing negara. Melalui festival seni budaya ini diharapkan masyarakat masing-masing negara semakin memahami seni dan budaya masing-masing. Pada akhirnya, klaim-klaim “pencurian” budaya yang selama ini kerap muncul bisa teratasi dengan baik.

Pertukaran Da’i.

Masyarakat Muslim Indonesia dan Malaysia pada dasarnya memiliki ciri dan pola keberagamaan yang sama. Kesamaan ini tentu harus dipupuk sedemikian rupa sehingga menjadi kohesivitas sosial di tengah-tengah masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan dalam bidang keagamaan ini adalah dengan melakukan pertukaran para da’i. Pertukaran da’i ini menjadi sangat mungkin dilakukan karena didukung oleh penggunaan bahasa Melayu yang masing-masing dimengerti oleh masyarakat Indonesia dan Malaysia. Para da’i Indonesia dan Malaysia tentu tidak akan menemukan kesulitan sedikit pun dalam menyampaikan pesan-pesan agama di kedua negara. Dampak dari pertukaran da’I ini diharapkan dapat memupuk rasa persaudaraan seiman dan seakidah di tengah-tengah masyarakat. Persaudaraan seiman dan seakidah ini diyakini sangat efektif dalam meredam isu-isu negatif yang tidak bertanggung jawab.

Penutup

Program-program aksi yang disebutkan di atas tentu tidak akan berdampak luas bila hanya dilakukan oleh satu komponen civil society saja. Oleh karena itu, kebersamaan semua organisasi kemasyarakatan (ormas), baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di Malaysia, menjadi sangat penting. Semakin luas jaringan yang dibentangkan, semakin baik pula tentunya hasil yang akan diperoleh. Keuntungan yang diperoleh dari program-program aksi ini tentu tidak hanya akan dirasakan oleh masyarakat, tetapi juga oleh pemerintah kedua negara. Pada titik ini tentu tidak salah bila disebutkan bahwa peningkatan hubungan baik antara Indonesia-Malaysia bukan hanya sekedar mandatory (anjuran), tetapi lebih dari itu sudah berada pada posisi obligatory (keharusan). Wallahu’alam.

Reminders: Hindari Plagiasi, tulisan ini telah diterbitkan dalam bentuk buku. Bila hendak mengutip, silahkan mengutip sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah untuk menghargai pemikiran penulisnya.

Sumber: Tulisan ini bersumber dari tulisan saya dalam buku yang diterbitkan oleh ISWAMI

Related Posts