Berita

Pandangan Denny Bukan Pesanan Kelompok Tertentu

Jumat, 09 Agustus 2013, 21:00 wib

Jakarta, Pandangan pengamat sosial politik Denny JA, bahwa sidang isbat penentuan 1 Syawal mempertontonkan kebodohan muslim Indonesia di mata dunia tidak mungkin disampaikan atas dasar pesanan ormas atau kelompok-kelompok tertentu. Bisa jadi, pernyataan Denny itu beranjak dari kegelisahannya selama ini. Demikian penilaian Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Saleh P Daulay, Jumat (9/8) sore ini.

"Tidak mungkin itu atas dasar pesanan kelompok tertentu. Bisa jadi beranjak dari rasa nasionalisme dia. Denny merasa kasihan dan iba melihat cara umat Islam menetapkan puasa dan lebaran. Sebagai orang Indonesia, Denny merasa terpanggil untuk angkat bicara walaupun bidang kajiannya selama ini bukan agama dan astronomi," kata Saleh.

Menurut saleh yang juga perlu dipahami adalah, penetapan awal puasa dan idul fitri bukanlah sesuatu yang harus ditetapkan secara demokratis dalam sidang itsbat. Walaupun dihadiri dan disepakati oleh seluruh ormas, bukan berarti keputusan itu harus diikuti oleh seluruh warga negara, karena hal tersebut sudah masuk wilayah keyakinan.

"Ini adalah bagian dari keyakinan. Negara tidak bisa mencampuri keyakinan warga negara. Selain itu, tidak ada juga undang-undang atau aturan yang mengharuskan warga negara mengikuti hasil sidang itsbat itu. Walaupun ada pernyataan bahwa sidang itsbat tidak memiliki muatan politik apa pun, tetapi tetap saja sinyalemen ke arah itu ada. Pasalnya, satu-satunya negara di dunia yang menetapkan 1 Ramadan dan 1 Syawal melalui sidang itsbat hanya Indonesia. Kalau bukan bermotif politik, lalu apa yang melatarbelakanginya?," tanya Saleh.

Menurut dia, kalaupun sidang itsbat itu untuk kebersamaan, lalu mengapa pendapat sebagian diterima sebagian lain ditolak? Jangan-jangan, sidang isbat itu sendirilah sumber ketidakbersamaan itu. Kalau semua orang dijamin melaksanakan agama sesuai keyakinannya, dipastikan kebersamaan tetap terjalin.

"Buktinya, umat Islam dan umat beragama lain bisa rukun walaupun ada perbedaan teologis yang mustahil disatukan," pungkas Saleh.

sumber : suaramerdeka

Related Posts