Berita

Tindakan Represif Melawan Terorisme, Bukti Intelijen Gagal Jalankan Tugas

Sabtu, 08 September 2012 15:21 WIB

Jurnas.com | TINDAKAN aparat penegak hukum yang kerap kali harus menembak mati tersangka pelaku terorisme dikecam banyak pihak lantaran dinilai justru menimbulkan dendam di benak para kerabat dan jaringan dari pelaku yang tewas tersebut.

Selain itu, tindakan tembak di tempat tersebut dianggap juga merupakan bukti gagalnya peran badan intelijen dalam mengawasi peredaran penggunaan senjata api di masyarakat. Aparat selalu berkilah bahwa aksi tembak di tempat dilakukan karena tersangka yang akan ditangkap melakukan perlawanan. Mereka (tersangka teroris) melakukan penembakan, sehingga membahayakan aparat dan harus dilumpuhkan.

"Pertanyaan saya, kenapa itu pelaku terorisme sampai punya senjata api? Di mana peran intelijen dalam mengawasi peredaran senjata api? Harusnya intelijen tau lebih dulu siapa-siapa saja masyarakat yang memiliki senjata api, sebelum kontak senjata itu terjadi,” ujar Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Saleh Daulay, di Jakarta, Sabtu (7/9).

Secara umum, Saleh menyatakan ketidaksepakatannya terhadap aksi represif aparat penegak hukum terhadap tersangka praktik terorisme tersebut. Justru yang harus dilakukan negara dikatakan Saleh justru mengajak para tersangka terorisme tersebut untuk berdialog dan kemudian mengajaknya kembali pada pemahaman yang benar.

“Kita ini harus saling memanusiakan manusia. Sudah terbukti bahwa tindakan represif tidak efektif dan hanya menimbulkan dendam. Aksi terorisme yang dulu sasaranya warga asing kini justru berbalik ke anggota aparat penegak hukum yang mungkin justru lebih beriman ketimbang pelaku penembakan. Jadi jangan represif. Prioritaskan ruang dialog,” tutur Saleh.

Tugas untuk membuka ruang dialog tersebut, lanjut Saleh, tidak hanya diemban oleh pemerintah selaku penyelenggara negara, namun juga seluruh umat Islam yang notabene kerap kali dipersepsikan negatif sebagai pelaku tindak kekerasan dan terorisme.

“Jangan sampai kita ini dianggap lebih toleran pada pemeluk agama lain, namun justru tidak (toleran) terhadap Saudara sendiri. Disukai atau tidak, mereka pelaku terorisme ini juga saudara kita sesame Islam. Itu alasan kenapa kemudian Islam kerap diidentikkan dengan terorisme, karena mereka semua Islam. Dan aturan dalam Islam sudah jelas, bahwa ‘bantulah saudaramu yang dzolim dan terdzolimi’. Bermujadalahlah dengan mereka. Berdiskusi agar kita juga tahu persepsi dan pemikiran mereka, dan lalu kita ajak untuk kembali ke jalan yang benar,” tegas Saleh.

Related Posts