Sebuah video yang menunjukkan anggota DPRD Medan dari Fraksi PAN Edi Saputra dengan aparat kepolisian viral di media sosial. Masalah pemakaman jenazah PDP COVID-19 diduga menjadi pemicu insiden tersebut.
“Menurut saya, nanti kita akan mintakan penjelasan. Sebetulnya yang kurang etis di situ hanya ketika dia menyebut dia DPRD. Karena ini kan bukan perkara anggota DPRD atau bukan, tapi bagaimana jenazah ditangani secara baik,” kata Ketua DPP PAN Saleh Partaonan Daulay saat dimintai tanggapan oleh kumparan, Rabu (1/4).
Menurut Saleh, pasien PDP COVID-19 yang meninggal tersebut adalah senior Edi Saputra. Saleh menilai, wajar jika Edi Saputra bertindak agak emosional, karena ia sangat dekat dengan almarhum.
“Saya tahu persis dan itu adik-adik saya semua. Dan itu wajar Edi begitu agak sedikit emosional karena dia pengin sekali melakukan fardhu kifayah untuk almarhum itu sesuai dengan yang dia pahami. Tidak pakai model COVID-19 itu. Apalagi mereka tahu kan kalau ini belum ada buktinya kalau ini memang COVID-19,” kata Saleh.
Lebih lanjut, Saleh menuturkan, jika nantinya DPP PAN memeriksa Edi Saputra, selain meminta penjelasan, mereka juga akan meminta Edi Saputra untuk tidak emosional. Apalagi, di tengah pandemi COVID-19.
“Mungkin akan kita beri peringatan supaya dalam menghadapi situasi seperti itu tidak boleh emosional, gunakan pendekatan pendekatan yang dialogis lah dengan aparat keamanan kepolisian. Karena kita tahu aparat kepolisian juga tidak berniat buruk pada saat itu,” tandas Saleh.
Sebelumnya, adu mulut itu bermula saat polisi meminta agar almarhum dimakamkan sesuai dengan SOP COVID-19 yakni dibungkus dengan plastik dan dimasukkan ke dalam peti. Namun Edi tak sepakat. Dia ingin jenazah dimakamkan seperti biasanya.
“Berlebihan kalian itu, jangan begitu, aku saja enggak takut mati, kenapa kalau mati, matinya itu. Tembak saja kami biar mati. Siapa bilang positif (corona), kalian saja polisi,” ujar Edy menyampaikan kekesalannya.
Sumber: https://kumparan.com/
