Fikrah

Saat Tepat untuk Bertobat

Media Indonesia, Kamis 2 Agustus 2012

Bulan Ramadan sering disebut sebagai bulan maghfiroh (ampunan). Pada bulan ini, pintu taubat terbuka lebar. Allah memberikan kesempatan bagi setiap umat Islam untuk meminta ampun terhadap segala dosa yang pernah dilakukan.

Dalam pandangan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Saleh Daulay, manusia adalah makhluk Allah yang tidak pernah lepas dari dosa. Secara umum, ada jenis dosa yang selalu melekat dalam diri manusia. Pertama, dosa yang terjadi akibat kelalaian dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Kedua, dosa yang terjadi berkenaan dengan relasi sosial di antara sesama manusia.

“Kekhilafan atau dosa pertama sesungguhnya lebih mudah diampuni. Allah adalah Tuhan yang maha pengampun. Dia akan mengampuni semua dosa orang yang mau meminta ampun kepada-Nya. Apalagi bulan Ramadan ini adalah bulan ampunan,” kata Saleh kepada Media Indonesia, kemarin.

Agar taubat dapat diterima oleh Allah, lanjut Saleh, ada tiga syarat yang perlu diingat. Pertama, menyesal atas semua dosa yang pernah dilakukan. Kedua, meminta ampun kepada Allah. Ketiga, berjanji sepenuh hati untuk tidak mengulangi lagi kesalahan dan dosa yang sama di masa yang akan datang.

Khusus dosa akibat menyakiti orang lain, ada syarat tambahan. Yakni, meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti atau dizalimi. Artinya, ampunan Allah sangat tergantung dari maaf yang diberikan oleh orang yang bersangkutan.

Wakil Sekjen Dewan Pakar ICMI Pusat itu menambahkan bahwa orang-orang yang menang pada bulan ini adalah orang-orang yang bisa memanfaatkannya untuk meraih ampunan dari Allah. Dengan ampunan yang diraih, insya Allah seseorang akan dijauhkan dari api neraka.

Dalam konteks itu, selain mengerjakan amalan-amalan yang biasa dilakukan di bulan Ramadan seperti tilawah, tarawih, i'tikaf, dan lain-lain, hal lain yang penting dilakukan adalah memperbanyak silaturrahmi dan meminta maaf kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Amalan ini penting dilakukan agar cita-cita menjadi manusia fitri (suci) dapat diraih di penghujung Ramadan nanti.

Silaturrahmi ini bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satu yang lazim dilakukan di masyarakat kita adalah pelaksanaan buka puasa dan tarawih keliling. Dalam kegiatan itu banyak peluang untuk bertemu dengan sahabat dan kerabat serta meminta maaf kepada mereka.

Menangkal hedonism

Pria yang juga menjabat Ketua Komisi Luar Negeri MUI pusat itu juga mengimbau para pemuda untuk memanfaatkan momentum Ramadan guna melatih diri mencapai kematangan spiritualitas.

“Tantangan pemuda hari ini berbeda dengan pemuda masa lalu. Hari ini, godaan materialisme dan hedonisme sangat besar bahkan semakin mendominasi tataran kehidupan. Apabila tidak berhati-hati, dapat tergerus masuk pusaran itu,” tegas doktor filsafat politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Menurut dia, salah satu cara untuk memebendung godaan tersebut ialah meningkatkan pengetahuan dan pengamalan ajaran Islam. Termasuk dengan berpuasa. “Melalui puasa, para pemuda akan terlatih untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu sehingga tidak terjerumus kepada hal-hal negative,” pungkas jebolan S-2 bidang filsafat dari Colorado State University, AS, itu.

Related Posts