Salah satu kendala utama ketika membawa keluarga untuk ikut bersama-sama belajar di luar negeri adalah kebutuhan biaya yang bertambah. Sebelumnya hanya dibutuhkan biaya apartemen dan biaya makan untuk satu orang, kini dibutuhkan biaya untuk menghidupi tiga orang. Untuk itu diperlukan cara lain untuk memperoleh biaya hidup tambahan. Cara yang paling memungkinkan adalah dengan bekerja paruh waktu. Untuk kasus saya, saya dan istri diperkenankan bekerja.
Perlu diketahui, bahwa untuk memperoleh izin bekerja dibutuhkan waktu dan biaya karena hal ini tidak mudah. Alat komunikasi yang dipergunakan pada saat itu adalah melalui email, sebab izin kerja (working permit) diurus di kantor imigrasi Amerika. Dengan biaya kurang lebih 350 USD, izin kerja ini berlaku untuk istri. Untuk mahasiswa yang bersangkutan tidak diperlukan working permit dan biaya, hanya saja tempat bekerja harus di dalam kampus.
Karena desakan dan keinginan istri saya, akhirnya kami mengurus working permit untuknya. Dibutuhkan waktu sekitar 1 minggu, sampai working permit tersebut dikirimkan ke apartemen kami. Kami tentu sangat senang mendapatkan izin kerja tersebut, hanya saja setelah ada izin kerja, kami masih perlu mencari tempat bekerja.
Setelah keliling mencari informasi, kami menemukan Asean Market (swalayan kecil), tempat menjual barang-barang kebutuhan orang Asia. Tidak sulit untuk melamar pekerjaan di situ. Begitu kami mengajukan lamaran, keesokan harinya istri saya sudah langsung bisa bekerja. Ketika itu, gaji yang diperolah per satu jam kerja adalah sebesar 8 dollar, dengan jenis visa yang dimiliki istri saya, dia diperbolehkan bekerja selama 40 jam dalam seminggu. Namun, saya hanya memperkenankan istri saya bekerja selama 3 jam perhari. Dengan demikian, Kaisa tetap dapat diurus dengan baik sepulang sekolah.
Selain itu, saya juga bekerja di kampus. Pagi hari, sekitar pukul 05.30-09.00 saya bekerja di restoran apartemen mahasiswa di kampus. Terkadang saya bekerja sampai 20 jam selama satu minggu.
Gaji saya dan gaji istri saya tersebut, tentu sangat membantu. Dengan itu, kami bisa menabung. Dan hampir setiap libur semester kami memiliki berlibur ke negara-negara bagian Amerika yang lain. Meskipun penghasilan telah bertambah, namun istri saya tidak dapat bekerja terus-menerus, karena beberapa bulan setelah bekerja tersebut, istri saya mengandung. Dibarengi dengan rasa suka cita, saya melarang istri untuk bekerja. Saya meminta ia fokus untuk mengurus kesehatan diri dan kehamilannya. Di samping itu, saya juga tidak ingin mengambil resiko jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Untungnya, setelah berhenti bekerja di luar, ada beberapa teman yang menitipkan anaknya di tempat kami. Karena mereka bekerja di luar rumah sedangkan tidak ada yang menemani anaknya di rumah, maka anaknya dititipkan di tempat kami. Walaupun tidak setiap hari, tetapi gaji yang diberikan cukup lumayan, sehingga bisa ditabung.
Tidak terasa istri saya ternyata ikut juga berkontribusi dalam mencukupi kebutuhan hidup kami. Buktinya kami sering mengirimkan uang tabungan kami ke Indonesia. Pada saat kami kembali nanti uang itulah yang kami gunakan untuk membeli lagi mobil dan juga membeli rumah yang lebih bagus.
Biasanya kami mengirimkan uang ke Indonesia melalui Western Union. Di beberapa mall mereka memiliki counter yang dapat mengirim uang ke seluruh dunia. Setelah kita menyerahkan uang kepada mereka, lalu mereka memberikan kode berupa sejumlah angka. Kode itulah yang kemudian dikirimkan ke Indonesia sehingga keluarga yang di Indonesia dapat menukarkannya ke Bank atau jaringan Western Union yang ada.
Bersambung…