Fikrah

Ada Upaya Pengalihan Isu: Demokrat dan Hanura Makin Panas

Jakarta, Haluan — Tu­du­han yang dilontarkan Ra­ma­dhan Pohan terhadap Wiranto, disinyalir hanya untuk mengalihkan perhatian publik yang masih tertuju pada persoalan yang menimpa Partai Demokrat.

“Bisa saja Ramadhan Pohan melakukan itu untuk menggiring perhatian orang keluar dari Partai Demokrat. Sebagai mantan ‘awak’ media, Ramadan tentu sudah mengerti bagaimana menarik perhatian media,” ujar pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saleh Daulay, Minggu.

Lanjutnya, para kader Demokrat yang lainnya kelihatan tidak biasa bermain isu seperti ini di media. Nama Ruhut Sitompul yang dulu­nya berperan seperti yang dilakukan Pohan, kini justru sibuk dengan konflik di internalnya.

“Apalagi, sekarang ini kita melihat Ruhut Sitompul yang selama ini menyerang pihak luar, justru lebih tertarik mengomentari urusan internal partainya sendiri. Akibatnya, peran-peran seperti itu untuk sementara hilang. Kemung­kinan, Ramadhan mau mencoba mengisi kekosongan itu,” jelasnya.

Menurut Saleh, Ramadhan sudah mulai gerah dengan isu-isu belakangan yang masih terus menyoroti Partai Demokrat.

“Sebagai pengurus Demokrat, kemungkinan besar dia juga sudah bosan bila partainya terus-menerus menjadi bulan-bulanan,” katanya.

Politik Gaya Jadul

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ramadhan Pohan menya­takan, komentarnya mengenai Ketua Umum Partai Hanura Wiranto bukanlah sebuah serangan.

“Komen saya bukan serangan. Justru yang memulai adalah Wiran­to sendiri. Saya sekadar merespons komentar Wiranto soal demo-demo yang tendensi anarkistis dan eksistensi pemerintahan SBY,” ujar Ramadhan Pohan berdasarkan rilis yang diterima inilah.com, sindikasi Haluan, di Jakarta, Minggu (4/3).

Dia mengatakan sinisme Wiran­to terhadap pemerintahan yang sah sekarang, bukanlah hal baru. Menurutnya, kritikan yang disam­paikan Wiranto kepada peme­rintahan bukan kebijakan, dan tidak pernah memberikan solusi untuk ikut mengentaskan kemis­kinan, memberantas korupsi, dan mencegah demo-demo anarkistis.

“Saya kaget, Pak Wiranto men­ye­but istilah “bodoh” mengarah personal saya. Ini jauh dari karakter bapak bangsa, negarawan, ataupun purnawirawan sejati. Tapi biarlah, beliau berhak untuk katakan apa saja ke saya,” kata Ramadhan.

Ramadhan mengatakan, respons Wiranto mengenai pernyataannya jauh dari kepatutan dialog berbu­daya antarpolitisi. Menurutnya, Wiranto masih dipengaruhi pola-pola lama kekuasaan jaman dahu­lu. Padahal, era demokrasi dan reformasi sekarang sudah beda dengan zaman kekuasaan monolit era di mana dulu sempat berjaya.

Menyangkut gerakan-gerakan demo, dia menduga ada persetujuan Wiranto. Karena itu, semestinya Wiranto mencegah semua tendensi anarkisme di bangsa ini dan berada depan bersama gerakan pro de­mokrasi mencegah dijatuhkannya pemerintahan sah di tengah jalan. Konstitusi dan stabilitas negara harus jadi tanggung jawab bersama.

“Saya mengimbau Wiranto untuk bersama semua pihak cegah semua upaya menjatuhkan pe­merintahan ini di tengah jalan. Taufik Kiemas dan petinggi PDIP saja bisa komit untuk 4 pilar bangsa dan jaga agar pemerintahan ini tidak asal dijatuhkan, mestinya Wiranto terbuka juga berkomitmen demikian,” kata dia.

Dia juga mengatakan, kritik terhadap kebijakan pemerintah, itu wajib. Tapi kalau ada gerakan yang merongrong pemerintahan, maka harus dilawan.

Menurutnya semua elemen demokrasi harus mengawal negeri ini dari anarkisme. Juga perlu diwaspadai indikasi dan dugaan gerakan perongrongan pemerintah dengan cara-cara inkonstitusional, harus dilawan, termasuk demo isu BBM.

“Saya kira publik ikut pantau semua aktivitas manifest dan terselubung para tokoh yang mung­kin mengamini maupun berbuat lebih jauh,” kata dia.

Ramadhan sebelumnya men­curigai serangan Nazaruddin ber­tubi-tubi ke Demokrat karena unsur pengacaranya. Salah satu pengacara Nazaruddin adalah Elza Syarif yang merupakan Ketua DPP Ha­nura. Ramadhan mencurigai ada unsur politik. (h/naz)

Related Posts